Tradisi Budaya Jepang – Antrian mobil panjang berdatangan menghampiri sebuah lokasi yang cukup ramai, sesampainya pada sebuah kasir pengemudi tersebut membuka kaca jendelanya namun jangan anda salah mengira karena pengemudi tersebut bukan ingin memesan atau membeli makanan seperti pada sistem drive-thru di sebuah restoran sepat saji melainkan mendatangi sebuah pemakaman!.
Tradisi ini memang belum lama diterapkan di Jepang, merupakan sebuah inovasi yang kontroversial yang pernah dilakukan oleh masyarakat Jepang pada beberapa dekade ini, selain teknologinya Jepang memang dikenal dengan budaya tradisinya yang sangat unik, pemakaman bersistem drive-thru terlahir memang karena kondisi kehidupan negeri sakura itu sendiri dimana waktu kerja yang sangat padat dan jumlah penduduk lansia yang lebih banyak daripada kalangan muda.
Simak Juga : Mengenal Chochin Sebuah Lampion Tradisional Jepang
Selama dekade terakhir, Jepang telah menjadi negara yang sangat maju namun dampak dari sistem yang diterapkan Jepang memang membuat beberapa ahli ekonomi mengatakan fenomena “demographic time bombs” dimana sebuah siklus kebiasaan para masyarakat Jepang dengan pengeluaran rendah dan tingkat kelahiran rendah yang mengakibatkan penurunan populasi 1 juta orang pada total populasi di Jepang dan terus meningkat setiap tahunnya.
Fenomena ini terus berlanjut sampai terlihat beberapa penjara yang berubah menjadi sebuah panti jompo karena banyaknya para lansia ketimbang kalangan muda, hal tersebut bisa anda lihat pada gambar yang kami tunjukan dibawah ini. Karena siklus ini tentu tingkat kematian Jepang setiap harinya juga tinggi karena banyaknya lansia sehingga menciptakan sebuah fenomena baru yang cukup kontroversial dalam sebuah acara pemakaman.
Idenya terlahir oleh Kankon Sosai Aichi Group di pemakaman Aishoden, yang terletak di kota Ueda. Presiden Perusahaan Masao Ogiwara mengatakan bahwa langkah tersebut akan membantu menambah kenyamanan bagi kehidupan sehari-hari masyarakat terutama yang memiliki jadwal padat. Ogiwara percaya idenya ini akan memberikan kemudahan kepada para masyarakat Jepang yang sibuk terutama para pekerja untuk tetap dapat berkunjung ke tempat pemakaman kerabat mereka tanpa memusingkan waktu.
Ketika pengemudi menarik ke jendela, mereka dapat menandatangani nama mereka dalam buku catatan kehadiran, memberikan uang duka cita, dan bahkan bisa memberikan sebuah dupa. Rata-rata para pengujung pemakaman drive-thru tersebut memakan waktu tidak lebih dari satu atau dua menit, dan orang-orang yang berkabung di dalamnya dapat menonton orang-orang yang datang secara drive-thru tersebut dari sebuah monitor yang telah disiapkan oleh pihak pemakaman.
Sebenarnya Jepang bukan negara pertama yang menawarkan konsep pemakaman drive-thru. Tercatat pada tahun 2014, sebuah rumah pemakaman di Michigan, Amerika Serikat telah mencoba gagasan tersebut, hal ini juga dikhususkan untuk para pelayat penyandang cacat. Dengan kondisi pertumbuhan dan gaya hidup masyarakat Jepang yang seperti saat ini tentu tradisi pemakaman drive-thru ini akan terus berlanjut.
One Comment