Berita Lifestyle Jepang – Jepang memang dikenal dengan dunia bisnis mereka yang unik dan tidak biasa, tetapi menjadi seorang bintang film dewasa mungkin yang paling populer disana. Sebagian besar orang tentu tahu, jika dunia industri film dewasa atau blue film di Jepang sangatlah terkenal bahkan telah mendunia, industri yang sering disingkat menjadi JAV (Japan Adult Video) tersebut memang laris dipasaran lokal maupun diluar negeri. Namun apakah bisnis ini hanya sebatas bisnis normal saja, tanpa pernah adanya sebuah kontroversi?, tentunya tidak. Berikut ini Artforia coba menjelaskan sebuah sisi gelap yang pernah terjadi dalam dunia industri tersebut.
Salah satu kontroversi besar yang pernah terjadi adalah pada tahun 2016, dimana salah satu orang dari agensi industri AV tersebut ditahan atas tuduhan pemaksaan wanita untuk tampil dalam film dewasa. Bahkan seorang aktris JAV bernama Asuka Hoshino yang kini berumur 33 tahun, mengaku selama tiga tahun karirnya, bahwa dirinya dipaksa untuk tampil dalam industri tersebut oleh seorang pria yang dia sebut “Mr.A”. “Saya pertama kali diperkenalkan kepada Mr.A oleh sebuah agen bakat besar,” tulisnya. “Saya pikir saya bisa mempercayainya, mereka sangat baik pada awalnya, memberi tahu saya bahwa saya tidak akan pernah bisa berhasil tanpa AV.”
Simak Juga : Wabah Virus Corona Membuat Harga Masker Di Jepang Meningkat Tajam
Hoshino mengaku dirinya diberi tahu mereka jika mereka sedang berinvestasi dalam sebuah industri hiburan, mereka menyebutkan nama-nama perusahaan rekaman terkenal, perusahaan penerbitan dan acara-acara TV. Begitulah cara mereka membuat remaja-remaja wanita mempercayai mereka. Hoshino yang merupakan penduduk asli Prefektur Niigata, memasuki industri pertunjukan pada tahun 2004, ketika ia menjadi finalis untuk kontes Miss Magazine, dia kemudian muncul di sejumlah film, termasuk salah satunya berjudul “Sentimental Graffiti,” adaptasi live-action dari sebuah animasi dengan judul yang sama.
Pada bulan Desember 2010, Hoshino melakukan debut AV-nya dibawah label Soft on Demand, namun itu diluar pengetahuannya, dirinya mengaku pihak agensi mengatakan kepadanya jika dirinya sedang menuju untuk sebuah pemotretan Gravure yang ternyata berujung sebuah penandaan kontrak film dewasa, yang parahnya lagi pihak agensi tersebut tidak memberi salinan kontrak kepada Hoshino, dengan alasan kehilangan. Pada saat itu, Hoshino yang berusia awal 20-an mulai masuk kedalam dunia industri film dewasa, pencucian otak seperti ini sering terjadi pada saat itu.
Meski gajinya sangat tinggi sebagai seorang aktris AV, Hoshino mengaku jika tidak ada perlakuan baik dan jujur yang dilakukan oleh pihak industri tersebut, bahkan dirinya mengatakan jika pihak industri tersebut memperlakukannya bagaikan sebuah benda. Hingga akhirnya Hoshino mengaku mengalami gangguan mental, “Saya merasa tertekan, saya mengalami serangan panik, saya takut bertemu orang, dan saya tidak bisa makan,” katanya. “Butuh hampir tiga tahun untuk sembuh”. Tambahnya.
Hoshino mengaku, dirinya rentan terkena pencucian otak, “Saya mendengarkan apa yang dikatakan Mr.A meski itu membuat saya merasa mual,” tulisnya. Dia mengatakan jika Mr.A tersebut hanya peduli dengan uang, “Dia tidak peduli apakah dia menghancurkan kehidupan seseorang atau membuat seseorang bunuh diri”. Ketika Hoshino berhenti bekerja dalam industri AV, orang-orang tersebut berubah sepenuhnya, bahkan dari mereka semua tidak ada yang datang menemui Hoshino ketika dirinya ingin mencoba bunuh diri.
Sisi gelap ini mungkin juga sering terjadi di dunia industri entertainment lainnya, seperti salah satunya di Korea Selatan, yang banyak dari kita melihat cukup seringnya tragedi bunuh diri yang terjadi di negara tersebut. Itulah pembahasan tentang sisi gelap yang pernah terjadi dalam dunia industri AV (Adult Video) atau film dewasa di Jepang.
Source : Tokyoreporter
0 Comments