Seni Budaya Jepang – Washi (和 紙) adalah kertas tradisional Jepang. Kata “Washi” sendiri berasal dari wa yang berarti ‘Jepang’ dan shi yang berarti ‘Kertas’. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kertas yang menggunakan bahan lokal, diproses dengan tangan dan dibuat dengan cara tradisional. Secara keseluruhan, kertas Washi dibuat menggunakan serat dari kulit bagian dalam pohon gampi, semak mitsumata (Edgeworthia chrysantha), atau semak kertas murbei (kōzo). Salah satu organisasi PBB yaitu UNESCO telah menetapkan Washi sebagai kerajinan Jepang dan menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan.
Simak Juga : Dinding Lipat Tradisional Jepang Yang Disebut Byobu
Washi umumnya lebih keras daripada kertas biasa yang terbuat dari bubuk kayu, dan kertas ini telah digunakan dalam banyak seni tradisional Jepang, seperti contohnya adalah Origami, Shodo, dan Ukiyo-e semuanya diproduksi menggunakan washi. Selain menjadi kerajinan tradisionak kertas ini juga dapat digunakan untuk membuat berbagai barang sehari-hari seperti pakaian, barang-barang rumah tangga, mainan, benda-benda ritual bagi para pendeta hingga sebuah patung Buddha Shinto. Bahkan pernah digunakan untuk membuat karangan bunga yang diberikan kepada pemenang dalam Paralimpiade Musim Dingin tahun 1998.
Dengan tekstur yang tebal dan kasar serta sangat kuat membuat kertas washi juga pernah digunakan untuk membuat senjata yang dikenal sebagai balon perang dalam Perang Dunia II. Kehadiran Washi memang sangat penting untuk sejumlah kerajinan Jepang, selain untuk Origami, Shodo dan Ukiyo-e kerajinan lain seperti Ikebana dan pembuatan layang-layang juga menggunakan kertas ini.
Produksi kertas sendiri di Jepang sudah dimulai sejak abad ke-8. Pada era Edo, pembuatan kertas washi adalah industri umum di antara para petani di musim dingin atau pada waktu senggang dalam menunggu panennya tanaman. Tingginya produk Washi membuat kertas menjadi murah dan tersebar di mana-mana segubgga memungkinkan produksi massal seni ukiyo-e serta buku-buku yang menyerupai komik.
Pada hari ini, minat masyarkat Jepang terhadap Washi telah meningkat dari sebelumnya karena hadirnya beberapa produk kerajinan baru seperti selotip washi. Kualitas washi dinilai oleh faktor-faktor seperti kekuatan, kehangatan, texture, tembus cahaya, fleksibilitas, desain dan ringan. Di jaman Edo, ribuan keluarga terlibat dalam produksi washi. Belakangan ini, selusin atau lebih perusahaan memproduksi washi di pabrik-pabrik menggunakan metode tradisional. Ada juga beberapa ratus keluarga yang masih memproduksi washi buatan tangan.
One Comment