Seni Budaya Jepang – Sanja Matsuri merupakan salah satu dari tiga festival Shinto terbesar di Jepang. Yang membuatnya terkenal adalah karena festival ini diadakan di salah satu tempat paling terkenal di Tokyo, yakni Asakusa. Setiap tahunnya ada 2 juta orang yang datang dan ikut serta di dalam festival Sanja Matsuri.
Baca Juga : Festival Musim Panas Terbesar Tenjin Matsuri Di Osaka
Matsuri ini juga terkenal sebagai tempat pesta kalangan mafia Jepang Yakuza yang bermunculan di masa lalu. Dengan pakaian matsuri kaum lelaki serba minim seperti pemain sumo, mereka menampilkan diri di tengah kerumunan orang, bahkan dipanggul naik ke atas arak-arakan seolah ikut menari, memperlihatkan tato (irezumi) nya yang menyelingkupi seluruh badannya.
Namun sejak tahun 2012 kalangan Yakuza secara resmi dilarang ikut serta dalam matsuri tersebut seiring dengan revisi UU Anti Yakuza yang diterbitkan Oktober 2011. Bahkan sejak tahun 2013 untuk pertama kali sejak 30 hingga 40 tahun lalu, siapa pun dilarang naik ke bagian mikoshi atau kuil mini yang ditandu, dipanggul bersama-sama, dipercaya berisi roh-roh dewa Shinto.
Festival ini sendiri muncul sejak jaman Edo (1603-1868) dan semakin lama semakin ramai karena semakin banyak yang percaya kalau ikut festival ini maka rezeki kita juga akan semakin besar. Pada awalnya, sekitar 300 tahun lalu, dua adik kakak penangkap ikan Jepang bernama Hamanari Hinokuma dan Takenari Hinokuma menemukan secara tak sengaja sebuah patung dewi kecil (Kannon) dari Dewi Pemaaf (Godess of Mercy) yang terjaring di jala mereka di tengah Sungai Sumida tanggal 17 Mei saat itu. Itulah sebabnya Sanja Matsuridiadakan sekitar tanggal 17 Mei setiap tahun.
Seorang tuan tanah Hajinomatsuchi mendengar penemuan tersebut lalu mendekati kedua kakak beradik itu. Lalu sang tuan tanah malah menyembah patung dewi tersebut. Gara-gara itu kedua kakak beradik beralih kepercayaannya menjadi beragama Buddha. Kuil Sensouji dengan lingkungannya di daerah Asakusa menjadi semakin ramai dengan perubahan mendadak itu akibat pemunculan patung Dewi Pemaaf yang ditemukan kedua kakak beradik tersebut.
Mereka bertiga Hajinomatsuti, Hamanari, dan Takenari akhirnya dikenal masyarakat Asakusa sebagai pendiri Asakusa dan bahkan ketiganya dianggap sebagai dewa Asakusa. Pada saat zaman Kamakura (1185-1333) kuil di Asakusa dibangun yang kemudian diramaikan dengan Sanja Matsuri tersebut (mulai 1312) hingga kini. Dulunya nama Sanja Matsuri masih menggunakan nama Jinja Reitaisai.
0 Comments