Kuliner Jepang – Setelah dikabarkan berakhirnya program peningkatan produk beras dari pemerintah Jepang selama 4 dekade, menjadikan sebuah kabar menarik bagi para pecinta mie. Ramen adalah salah satu produk yang sangat populer dalam jajaran kuliner Jepang, bahkan makanan ini tidak hanya populer dikalangan masyarakat lokal namun sudah mendunia dengan berbagai cabang restoran ramen telah berdiri di berbagai negara termasuk Indonesia.
Simak Juga : Restoran Khas Bali Yang Ada Di Kota Tokyo
Memang selama 47 tahun pemerintahan Jepang meluncurkan program peningkatan produk beras mereka, oleh karena itu sejumlah besar para petani di Jepang memang diharuskan menanam beras. Setelah dinyatakan program ini akan berakhir pada tanggal 31 Maret 2018 mendatang menjadikan sebuah kabar gembira bagi para pecinta mie, hal ini juga dikarenakan meningkatkan permintaan sebuah hidangan ramen sehingga sebagian besar petani saat ini bisa menanam tumbuhan alternatif lainnya seperti salah satunya adalah gandum.
Dengan meningkatnya permintaan ramen ini salah satu pertanian besar di prefektur Fukuoka dikabarkan memperluas produksi varietas gandum yang dikembangkan secara lokal yang dikenal sebagai Ra-Mugi yang dirancang agar sesuai untuk bahan pembuatan mie untuk ramen tonkotsu, sebuah hidangan ramen yang menggunakan kaldu dari daging babi dan juga irisan daging babi yang berasal dari prefektur ini.
Permintaan ramen juga terus meningkat tidak hanya di Jepang, terlihat pada sejumlah negara dimana restoran ramen terus bermunculan menjadi saingan hidangan sushi, dan menurut pernyataan dari pihak Ramen Museum Shin-Yokohama bahwa Asia masih menjadi region terbesar yang mengimport bahan baku gandum dari negara lain seperti Amerika Serika, Canada dan Australia.
Pengembangan gandum Ra-Mugi untuk sebuah bahan dasar ramen memang telah direncanakan oleh sejumlah perusahaan lokal yang memproduksi mie ramen dan menurut pendapat Yuji Yamaguchi yang merupakan penasihat di Tofuku Flour Mills Co menyatakan bila bahan yang tepat untuk sebuah mie ramen tonkotsu adalah bertekstur kenyal dan lengket maka setelah melewati beberapa pemilihan, gandum Ra-Mugi ditetapkan sebagai bahan yang tepat.
Tonkotsu ramen sendiri ditemukan pada tahun 1937 oleh pengurus toko mie yang bernama Tokio Miyamoto dan pada awalnya populer dikonsumsi oleh para pekerja di pasar ikan prefektur Fukuoka sebagai makanan cepat saji. Dua dekade kemudian, Momofuku Ando menemukan mie instan ramen, semenjak itu penjualan ramen semakin meningkat dan bahan bakunya juga semakin dibutuhkan banyak.
Para petani juga merasa tidak keberatan dengan program menanam gandum Ra-Mugi karena diperkirakan memiliki daya jual yang lebih menguntungkan. Meskipun prefektur Fukuoka menjadi produsen gandum terbesar kedua di Jepang, hal ini tidak dapat menutup kekurangan bahan, oleh karena itu demi memenuhi bahan baku kepada pihak produsen, sejumlah pihak termasuk pemerintah setempat setuju untuk meningkatkan produksi Ra-Mugi lebih dari 30 persen dalam waktu dekat, dan jumlah tersebut diperkirakan akan cukup untuk memasok sekitar setengah toko ramen di prefektur Fukuoka, pernyataan ini juga disampaikan oleh Tadayuki Matsumoto, seorang direktur di departemen pertanian pemerintah daerah.
One Comment