Seni Budaya Jepang – Sama seperti beberapa negara Asia lainnya, dimana Jepang merupakan negara yang memiliki berbagai macam karya seni rupa dan juga menyimpan banyak berbagai macam peninggalan-peninggalan bersejarah mengenai hal tersebut. Hal ini menjadikan negara matahari terbit ini sebagai salah satu negara di Asia yang paling banyak memiliki karya seni rupa yang menarik dan unik.
Sudah cukup banyak beberapa karya seni rupa Jepang yang di bahas oleh Artforia, meski begitu para pembaca belum melihat secara keseluruhan mengenai latar belakang karya seni rupa di Jepang. Kali ini Artforia akan membahas soal sejarah dan perkembangan seni rupa di Jepang dari jaman ke jaman, yang aka mengajak kamu mengenal lebih dalam mengenai dunia seni rupa di negeri Sakura.
Simak Juga : 4 Warna Penting dalam Seni Budaya Jepang
Zaman Paleolitik
Mulai dari jaman Paleolitik awal, setelah berakhirnya zaman es yaitu sekitar 12.000 SM, yang dimana pada saat itu ekosistem kepulauan Jepang sangat kaya akan bahan-bahan mentah, sehingga memungkinkan manusia pada saat itu untuk hidup dan melakukan karya seni. Hal ini semakin dipastikan setelah adanya penemuan sebuah kapak batu yang ditemukan dari area Hinatabayashi di kota Shinano, Prefektur Nagano. Kapak batu tersebut diperkirakan berasal dari zaman Pra-Jomon yang jatuh pada tahun 30.000 SM dan kini disimpan dalam Museum Nasional Tokyo.
Zaman Paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000 hingga 30.000 SM, kala itu penggunaan perkakas batu baru saja dimulai dan berakhir ketika memasuki tahun 12.000 SM yang juga awal dari periode jaman Mesolitik. Bukti-bukti dari penggalian arkeologi menunjukan bila kepulauan Jepang telah dihuni manusia sejak 35.000 SM.
Zaman Jomon
Memasuki zaman Jomon di Jepang yang berlangsung dari 14.000 SM hingga 300 SM, pada periode awal zaman ini terlihat jika peradaban dan pola hidup manusia mulai stabil, seperti menetap di sebuah tempat dan menciptakan sebuah benda seni yaitu sebuah bejana tanah liat yang dihiasi dengan pola-pola yang dicetak ketika masih basah. Orang-orang Jepang pada zaman Jomon juga telah mengenal bentuk awal dari sistem pertanian, namun belum mengenal cara menenun sebuah kain.
Beberapa contoh tembikar tua di dunia berasal dari Jepang, barang-barang keperluan rumah tangga lainnya dari bahan tanah liat berasal dari abad ke-11 SM di Jepang. Bahkan sebuah boneka tanah liat yang disebut Dogu juga ditemukan di area penelitian.
Zaman Yayoi
Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar tahun 400 SM atau 300 SM hingga 250 Masehi. Dalam sebuah area bersejarah kota Yayoi, distrik Bunkyo, Tokyo ditemukan sebuah artefak yang berasal dari zaman yang dinamai Yayoi.
Pada zaman ini, masyarakat Jepang telah mulai dapat menenun, bertanam padi, perdukunan serta pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang menurut catatan sejarah dipelajari dari Korea atau China. Sejumlah studi paleoetnobotani menunjukkan bila teknik menanam padi di sawah dan sistem irigasi sudah dikenal sejak sekitar 8000 SM di China dan menyebar ke Jepang sekitar 1000 SM. Pada zaman Yayoi ini pengaruh China terhadap perkembangan seni rupa di Jepang sangatlah berpengaruh.
Zaman Kofun
Menuju zaman Kofun yang dimulai sekitar 250 M, sebuah baju besi dan helm besi ditemukan. Nama dari zaman ini yaoti Kofun, berasal dari tradisi orang pada zaman tersebut yang membuat gudukan makam yang disebut Kofun. Pada zaman ini juga dipengaruhi dengan kerajaan-kerajaan atau militer yang kuat dari klan-klan yang berkuasa di berbagai daerah.
Pada zaman ini juga Jepang mulai meniru China untuk sistem administrasi kotanya, sistem kekaisaran menjadikan Jepang menjadi negara yang berubah dan perbedaan status serta profesi mulai terlihat pada jaman ini di Jepang.
Zaman Asuka
Memasuki zaman Asuka yang jatuh pada tahun 538-710 mulai ditemukan banyak peninggalan lukisan-lukisan kuno seperti sebuah lukisan pada Makam Takamatsuzuka yang berada di kota Asuka, Prefektur Nara. Pada zaman ini juga agama Buddha masuk ke Jepang dan mengakibatkan orang-orang tidak lagi membuat makam berbentuk Kofun. Agama Buddha sendiri masuk ke Jepang sekitar tahun 538 yang dibawa oleh kerajaan Baekje dari Korea. Pada awalnya penyebaran agama Buddha di Jepang hanya dilakukan oleh kalangan-kalangan atas atau penguasa.
Pangeran Shōtoku mendedikasikan dirinya dalam penyebaran Buddhisme dan kebudayaan Cina
di Jepang, namun karena itu juga Jepang mulai tumbuh dan memiliki banyak karya-karya seni rupa yang tercipta pada zaman ini.
Zaman Nara
Zaman Nara yang jatuh pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang yang menguat, pada jaman ini juga kuil-kuil besar mulai dibangun dan patung-patung dewa dibuat. Sepanjang zaman Nara berlangsung, perkembangan politik sangat terbatas. Anggota keluarga kekaisaran berebut kekuasaan dengan biksu dan bangsawan.
Zaman Heian
Zaman Heian merupakan periode akhir dari sejarah klasik Jepang yang berlangsung pada tahun 794 hingga 1185. Selain itu pada zaman Heian juga menjadi puncak kejayaannya karya-karya puisi dan sastra. Pada awal abad ke-11, Murasaki Shikibu menulis novel Hikayat Genji yang hingga kini menjadi salah satu novel tertua di dunia.
Pada zaman Heian juga mulai berkembang berbagai macam kebudayaan lokal, mulai dari diadakannya festival dan karya-karya seni lukisan yang menampilkan kisah bersejarah, pada akhir zaman Heian bermunculan berbagai klan samurai. Empat klan samurai yang paling kuat pada kala itu adalah klan Minamoto, Taira, Fujiwara, dan Tachibana.
Zaman Kamakura
Berakhirnya zaman Heian membawa Keshongunan Kamakura berkuasa di Jepang dari tahun 1185 hingga 1333, sehingga menyebut zaman ini sebagai zaman Kamakura. Zaman ini juga merupakan zaman transisi yang menuju abad pertengahan di Jepang, sama seperti zaman-zaman sebelumnya, dimana sebagian besar karya seni yang hadir dalam zaman ini diadopsi dari karya seni negara Cina. Karya-karya seni pada zaman ini sebagian besar berkonsep religius, dan meningkatkan budaya perang juga meningkatkan permintaan akan benda-benda yang digunakan untuk sebuah pertempuran, sehingga cukup banyak senjata dan baju besi yang diciptakan pada zaman ini.
Zaman Muromachi
Dalam periodisasi sejarah Jepang, zaman Muromachi berlangsung dari sekitar tahun 1136 hingga 1673 ketika kekuasaan pemerintah berada di tangan Keshogunan Ashikaga yang juga disebut Keshogunan Muromachi. Pada zaman ini pembangunan kuil-kuil Buddha Zen di Kamakura dan Kyoto memiliki dampak besar pada kesenian Jepang. Pada zaman ini juga cukup banyak seniman Jepang yang bekerja untuk kuil dan shongun.
Pada zaman ini juga lukisan-lukisan mulai berubah konsepnya dari yang biasanya menggunakan warna-warna cerah, kini lebih didominasi dengan tinta hitam yang sama seperti yang digunakan dalam membuat kaligrafi.
Zaman Azuchi-Momoyama
Sebelum memasuki zaman yang paling terkenal di Jepang yaitu zaman Edo, pada tahun 1568 hingga 1600 Jepang memasuki zaman yang disebut zaman Azuchi-Momoyama. Jepang bersatu secara militer dan negara menjadi stabil di bawah kekuasaan Oda Nobunaga yang dilanjutkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Pada zaman ini kerajinan keramik semakin berkembang, dan salah satunya adalah produk Raku yang merupakan sebuah peralatan untuk upacara minum teh.
Namun pada zaman ini juga, tembikar buatan Cina, Vietnam dan Korea sangat diminati oleh masyarakat Jepang, yaitu sebuah tembikar berlapis kaca dengan warna putih, hijau dan biru. Orang-orang Jepang saat itu lebih menyukai produk impor ini ketimbang produk lokal.
Zaman Edo
Pada zaman Edo, pemerintahan otonomi daerah Jepang menjadi lebih kuat yang dipimpin oleh klan Tokugawa. Dalam zaman Edo ini, beberapa kerajinan atau kesenian mengalami peningkatan dan perubahan. Kemunculan seni-seni baru dalam zaman Heian mengalami perkembangan pada zaman ini lewat bangsawan-bangsawan dan orang-oprang Kyoto, salah satu bukti dari meningkatkan kualitas kerajinan pada zaman Edo ini adalah dengan muncul sebuah sekolah seni bernama Rinpa yang berhasil mengajarkan para muridnya beberapa teknik baru dalam melukis, kerajinan tekstil, keramik dan masih banyak lagi.
Pada zaman Edo juga sebuah kesenian drama menari yang disebut Kabuki dimulai pada tahun 1603, pada masal awal munculnya kesenian Kabuki ini hanya diperankan oleh para wanita saja, namun memasuki tahun 1629 kesenian ini mengalami transisi yang disebut Yaro-Kabuki dimana para pria dapat berperan menjadi seorang penari Kabuki. Pada zaman ini juga kesenian lukis yang disebut Ukiyo-E mulai hadir.
Dalam zaman Edo ini, beberapa kerajinan atau kesenian mengalami peningkatan dan perubahan. Kemunculan seni-seni baru dalam zaman Heian mengalami perkembangan pada zaman ini lewat bangsawan-bangsawan dan orang-oprang Kyoto, salah satu bukti dari meningkatkan kualitas kerajinan pada zaman Edo ini adalah dengan muncul sebuah sekolah seni bernama Rinpa yang berhasil mengajarkan para muridnya beberapa teknik baru dalam melukis, kerajinan tekstil, keramik dan masih banyak lagi.
Pada zaman Edo juga sebuah kesenian drama menari yang disebut Kabuki dimulai pada tahun 1603, pada masal awal munculnya kesenian Kabuki ini hanya diperankan oleh para wanita saja, namun memasuki tahun 1629 kesenian ini mengalami transisi yang disebut Yaro-Kabuki dimana para pria dapat berperan menjadi seorang penari Kabuki. Pada zaman ini juga kesenian lukis yang disebut Ukiyo-E mulai hadir.
Memasuki Era Modern
Ada banyak lokasi-lokasi untuk melihat seni kontemporer di Jepang, beberapa karya seni modern ini dapat kamu temukan di museum-museum yang beberapa dapat dinikmati saat sebuah festival seni berlangsung. Daerah antara Prefektur Okayama dan Kagawa di bagian Laut Pedalaman Seto merupakan daerah yang dikenal sebagai pusatnya seni kontemporer di Jepang.
Era modern di Jepang sendiri ditetapkan ketika zaman atau era Meiji dimulai pada tahun 1868 hingga 1912, bisa dibilang perkembangan kerajinan di Jepang pada masa ini jauh lebih ambisius, sehingga membuat cukup banyak museum-museum seni kontemporer yang hadir di Jepang seperti Aomori Museum of Art, Towada Art Center, National Museum of Modern Art, dan masih banyak lagi.
Itulah perjalanan-perjalanan kerajinan dan seni yang terjadi pada zaman-zaman atau era yang berlangsung di negara Jepang.
0 Comments