Berita Lifestyle Jepang – Jepang memang telah dikenal sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Hal ini tentu memberikan pandangan negatif tentang masyarakat Jepang yang sebenarnya tidak menginginkan hal tersebut terjadi, sebuah tekanan hidup atau gangguan mental sosial membuat tindakan yang tidak dinginkan tersebut terjadi.
Sayangnya cukup banyak masyarakat-masyarakat luar yang tidak mengerti dengan kondisi yang sebenarnya dialami oleh masyarakat Jepang tentang stigma bunuh diri tersebut, ditambah semakin terkenalnya area wisata hutan Aokigahara yang dikenal sebagai lokasi populer oleh masyarakat Jepang dalam melakukan tindakan bunuh diri.
Simak Juga : Ingin Merayakan Tahun Baru Di Jepang ? Sebaiknya Lihat Panduan Berikut Ini Dulu !
Hal ini dirasakan oleh Kyochi Watanabe yang merupakan seorang penjaga pintu area hutan yang dilindungi tersebut, seorang musisi berumur 60 tahun tersebut memiliki ide menarik dan luar biasa untuk menghilangkan reputasi buruk hutan Aokigahara dengan caranya sebagai seorang musisi. Menurutnya sebuah musik dapat mencegah seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri dan menyalamatkan hidup mereka. Dirinya mengaku sering bernyanyi dimalam hari disebuah pondok tempatnya bekerja yang berada di salah satu ujung hutan bunuh diri tersebut.
Dirinya merasa sedih melihat hutan yang indah yang seharusnya menjadi bagian alam yang disyukuri namun menjadi tempat yang terlihat seperti neraka. Watanabe juga tinggal di pondok tempatnya bekerja tersebut, setiap malam dirinya selalu menyalakan musik dengan pengeras suara, menghilangkan sunyinya suara pepohonan disekitar hutan.
Terkadang dirinya bermain gitar dan bernyanyi lagu favoritnya dengan sebuah mikrofon. Aokigahara memiliki catatan sejarah yang panjang, yang dikatakan hutan ini terbentuk setelah Gunung Fuji meletus dan lahar menutupi area luas dan sejak itu berubah menjadi hutan seluas 30 kilometer persegi ini. Para penduduk setempat telah lama menyembah hutan ini sebagai tempat yang suci yang konon memiliki seekor naga di dalamnya.
Namun fenomena lokasi hutan ini populer dijadikan tempat bunuh diri dimulai pada tahun 1970-an yang digambarkan pertama kali melalui sebuah novel, film dan drama televisi yang menampilkan adegan bunuh diri di hutan tersebut. Hingga akhirnya fenomena itu semakin kuat mempengaruhi kehidupan nyata masyarakat Jepang yang mulai melakukan tindakan bunuh diri di hutan tersebut. Bahkan pihak berwenang tidak lagi memberikan angka pasti untuk setiap korban bunuh diri di hutan itu, tetapi menginformasikannya dalam jumlah lusinan orang setiap tahunnya.
Prefektur Yamanashi yang menjadi lokasi di mana hutan itu berada, adalah prefektur yang memiliki tingkat bunuh diri yang terburuk di Jepang selama delapan tahun hingga 2014. Hampir setengah dari mereka yang bunuh diri di hutan tersebut berasal dari tempat lain, menunjukkan bahwa mereka memang telah secara jelas melakukan perjalanan ke daerah itu untuk bunuh diri.
Dalam beberapa tahun terakhir, penduduk setempat mengatakan, jumlah korban bunuh diri sedang menurun, sehingga masyarakat sekitar sangat berharap citra hutan suci ini akan kembali pulih, namun harapan tersebut memiliki banyak rintangan seperti salah satunya sempat dicoreng oleh sebuah video kontroversial dari Youtuber terkenal Logan Paul ketika melakukan kunjungannya ke Jepang.
Namun rekaman Paul bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan citra hutan menjadi lebih buruk, tetapi juga beberapa faktor lain seperti salah satunya dalam dunia entertainment dimana cukup banyak adegan-adegan film yang menayangkan peristiwa bunuh diri dihutan tersebut.
Source : AFP, Japan Today
0 Comments