Seni Budaya Jepang – Lebih dari 250 tahun berkuasa, kekuasaan pemerintah Tokugawa telah mulai menurun, Orang Jepang sudahlama merindukan terbentuknya Modernisasi, sehabis kehadiran Komodor Perru serta Kapal Gelap pada tahun 1853, Bakufu sudah menyerah pada tekanan buat membuka pintunya terhadap barat.
Simak Juga : Pecinta Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba, Wajib Koleksi Pedang Replika Keren Ini !
Pembukaan Jepang ke Barat pula menimbulkan gerakan imperialis serta anti- asing, sonnō jōi尊王攘夷( Revere the Emperor and expel the barbarians). Pada masa semi tahun 1863, gelombang kebencian terhadap Tokugawa Bakufu sudah menggapai puncaknya, serta gerombolan ronin( samurai tidak bertuan) berkeliaran di jalan- jalan ibukota kekaisaran Kyoto dalam misi pembunuhan serta kerusuhan, Kyoto dikala itu ditafsirkan selaku” lautan darah”. Dalam upaya buat memunculkan ketakutan di hati seluruh orang yang menentang para loyalis kekaisaran, kepala para korban hendak dipajang di tiang- tiang di selama tepi sungai.
Tidak hanya itu, Keshogunan Tokugawa, dalam upaya ekstra buat mengatur suasana yang seram di Kyoto, membentuk milisi pendekar pedang buat mengawasi jalan- jalan Kyoto dalam upaya memulihkan kedisiplinan serta menghancurkan tiap oposisi terhadap pemerintah. Dipersenjatai dengan sanksi formal buat menewaskan oleh Bakufu, mereka memakai ini dengan keseriusan penuh— jadi kekuatan yang sangat ditakuti dalam periode yang bergejolak dalam sejarah Jepang ini: Shinsengumi( Korps yang Baru Diseleksi).
Tim ini hadapi sebagian kali pergantian nama saat sebelum kesimpulannya menetap di Shinsengumi. Dikatakan kalau Katamori yang berikan mereka nama itu, sehabis menugaskan kembali tugas mereka di Kyoto serta berikan mereka pedang. 2 dari pemimpin Shinsengumi merupakan pendekar pedang populer Kondo Isami( 1834- 1868) serta Hijikata Toshizo( 1835- 1869).
Sayangnya, terlepas dari kesetiaan Shinsengumi kepada Kaisar serta shogun, mereka berakhir di sisi sejarah yang salah sepanjang Restorasi Meiji, kala arus berputar melawan Keshogunan Tokugawa. Keberanian serta kesetiaan yang ditunjukkan pada dikala itu oleh Shinsengumi sudah diakui selaku puncak kesetiaan, serta cerita mereka sudah dikisahkan berulang kali dalam novel, drama, manga, serta anime. Kepribadian di spanduk mereka, Makoto( ketulusan), menggambarkan sentimen dengan sangat baik.
Nama lahir Kondo merupakan Miyagawa Katsugoro. Dia lahir selaku putra seseorang petani di Chofu, Tokyo barat. Sehabis bertarung serta mengalahkan pencuri yang membobol rumah keluarganya, ia menarik atensi Kondo Shusuke, master generasi ketiga dari sekolah anggar Tennen Rishin Ryu. Shusuke yang tidak mempunyai anak sudah mencari pakar waris buat melanjutkan garis generasi sekolah serta setelah itu mengadopsi Isami pada tahun 1849. Setelah itu, pada bertepatan pada 30 September 1861, dia secara formal mengambil nama Kondo Isami kala dia menerima posisi selaku kepala generasi keempat. sekolah. Pada tahun 1863, Kondo Isami dinaikan selaku salah satu kepala Shinsengumi, bersama dengan Hijikata Toshizo serta Serizawa Kamo, sehabis kelompok mereka tadinya, Rōshigumi, dibubarkan.
Mengikuti aliansi yang dibentuk oleh pasukan Satsuma dan Choshu (Aliansi Satcho), Pasukan Kekaisaran yang baru dibentuk menghancurkan semua oposisi. Shinsengumi dikalahkan, dan Kondo Isami ditangkap dan dieksekusi (dengan dipenggal) di Itabashi (Tokyo) sebagai pemberontak pada tahun 1868. Ada juga batu peringatan untuk Kondo Isami di dekat stasiun Itabashi Tokyo, tempat dia dieksekusi.
Kepala Kondo diangkut ke Kyoto sebagai bukti. Jenazahnya dikebumikan di Kuil Ryugen-ji di Mitaka (Tokyo). Namun, kepalanya dicuri di Kyoto, tetapi diklaim dimakamkan di Kuil Hozo-ji di Okazaki di prefektur Aichi. Menurut penduduk setempat Aizu-Wakamatsu, dikatakan bahwa orang yang mencuri kepalanya berasal dari Aizu, dan kepalanya, bersama dengan pedang Kondo lainnya, dibawa ke Aizu dan dimakamkan di Kuil Tennei-ji (Aizu-Wakamatsu). Hari ini, ada monumen jatuhnya Perang Boshin, bersama dengan batu nisan terpisah yang didedikasikan untuk Kondo, di Tennei-ji.
Nagasone Kotetsu
Kondo terkenal memiliki pedang oleh ahli pedang paling terkenal di awal periode Edo, Nagasone Kotetsu.
Nagasone Okisato Kotetsu sebelumnya adalah pembuat baju besi yang beralih ke pembuatan pedang. Namanya dibawa oleh muridnya, Nagasone Okimasa (Gen. ke-2 Kotetsu). Pedang yang dibuat oleh pandai besi ini dikenal karena efisiensi pemotongannya, dan menjadi mahakarya yang sangat populer. Pedang karya Kotetsu dikatakan dimiliki oleh Ito Naosuke dan Katsu Kaishu, antara lain, dan beberapa karya Kotetsu telah ditetapkan sebagai Benda Budaya Penting. Namun, dengan ketenaran dan popularitas banyak ahli pedang, karya mereka sering dipalsukan. Sering diklaim bahwa Kotetsu yang dimiliki oleh Kondo Isami memiliki tanda tangan palsu, tetapi keberadaan pedang itu tetap tidak diketahui.
0 Comments