Seni Budaya Jepang – Sejarah feodal Jepang memang sangat populer di kalangan dunia luar, terutama saat jaman peperangan Samurai dimulai, salah satu tokoh bersejarah dalam era Samurai Jepang yang paling mendunia adalah Oda Nobunaga yang lahir sebagai anak kedua dari Oda Nobuhide pada tanggal 23 Juni 1534 silam, dirinya merupakan anak dari seorang pemimpin kecil yang pernah bekerja dibawah pemerintahan klan Shiba. Ayahnya yaitu Nobuhide merupakan seorang prajurit yang terampil dan menghabiskan banyak waktunya dengan melawan Samurai Mikawa dan Mino.
Semasa kecil Oda Nobunaga tumbuh dalam suasana perang yang dilakukan sang ayah yaitu Nobuhide, melewati beberapa peperangan dan kemenangan akhirnya Nobuhide meninggal dunia pada tahun 1548 meninggalkan klan Oda yang terpisah belah dalam beberapa alasan, Nobunaga mulai memimpin fraksinya pada tahun 1551.
Simak Juga : Sejarah Dan Proyek Ambisius Jepang Untuk Kereta Api Shinkansen
Oda Nobunaga sukses menjadi seorang daimyo pada akhir bada ke-16 menurut catatan sejarah yang ada, kala itu dirinya berusaha menyatukan Jepang dibawah kekuasaannya selama periode Sengoku, meski gagal menguasai Jepang secara penuh kala itu, namun dirinya berhasil mendapatkan kendali atas sebagian besar wilayah Honshu. Nobunaga juga dianggap sebagai satu dari tiga kaisar besar Jepang, yang lainnya adalah Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu.
Selama masa pemerintahannya, Nobunaga dikenal sebagai pemimpin yang brutal dan menjadi lawan yang gigih untuk dikalahkan, oleh karena itu cukup banyak kerajaan-kerajaan atau klan-klan yang telah kalah olehnya tidak mau diajak untuk bekerja sama, meski begitu pemerintahan Nobunaga dikenal memiliki taktik militer yang inovatif serta mendorong adanya perdagangan bebas dan dimulainya periode seni sejarah Momoyama.
Selama periode Sengoku, Jepang memang terpecah belah terbagi menjadi beberapa kerajaan atau klan, sehingga menyebabkan kondisi politik dan perekonomian yang berbeda-beda di setiap daerah, Oda diyakini sebagai pemimpin yang hampir berhasil membawa Jepang kedalam satu pemerintahan dengan menguasai hampir sebagian besar area Honshu di pulau Jepang. Semasa kecilnya Oda dikenal dengan perilakunya yang aneh dan mendapatkan julukan Owari no Outsuke (尾張の大うつけ).
Dalam sisi budaya, Nobunaga termasuk orang yang aktif. Dirinya merupakan seorang siswa yang semangat dalam mengikuti upacara minum teh dan puisi, ia bahkan mengumpulkan barang-barang yang bersangkutan dengan upacara teh dari berbagai wilayah di Jepang dan juga sering mengadakan sebuah pertemuan teh dan puisi dengan orang-orang terpelajar, seperti Hosokawa Fujitaka, Imai Sokyu, dan Sen no Rikyu.
Meski terlahir sebagai seorang bangsawan, Oda kecil sering berkeliaran dengan pemuda-pemuda desa, tanpa memperhatikan statusnya. Sejak muda Oda sudah terlihat sangat menggemari politik dan perang, namun ambisinya sebagai penakluk sudah terlihat sejak kecil, bahkan diceritakan jika Nobunaga bertindak tidak sopan selama upacara pemakaman ayahnya, dengan melemparkan dupa seremonial ke altar. Selain itu, Hirate Masahide yang merupakan seorang mentor dan pengikut yang setia bagi Nobunaga, melakukan seppuku untuk mengejutkan Nobunaga dan memulai tanggung jawabnya sebagai penerus klan.
Polemik Dalam Klan
Meski Oda Nobunaga memang merupakan penerus resmi dari ayahnya yaitu Nobuhide, tetapi beberapa pihak dari klan Oda banyak yang menolak dirinya menjadi pemimpin, hingga akhirnya Nobunaga menekan anggota keluarga dan kelompoknya sendiri untuk tundur dalam aturannya dan bahkan membunuh adiknya sendiri yaitu Oda Nobuhide yang dianggap memberontak pemerintahannya.
Kisah perjalanan daimyo-daimyo tersukses di Jepang dipengaruhi oleh tiga nama yaitu Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu, ketiganya terlahir dalam kurun waktu delapan tahun antara 1534-1542, memulai karir mereka sebagai seorang samurai dan menyelesaikannya sebagai seorang negarawan, Nobunaga mewarisi kekuasaan ayahnya pada usia 17, Hideyoshi memulai karirnya sabagai salah satu pasukan Nobunaga, sedangkan Ieyasu pada awalnya berperang melawan Nobunaga sebagai pesaing daimyo, tetapi akhirnya memperluas warisannya sendiri melalui sebuah aliansi yang dibuatnya dengan Nobunaga.
Kisah mereka juga sering diartikan dalam sebuah kalimat pendek “Nobunaga memukul kue beras, Hideyoshi mengocoknya, dan pada akhirnya Ieyasu yang duduk dan memakannya.”
Invasi Besar
Oda Nobunaga melakukan beberapa invasi serangan terhadap wilayah-wilayah sekitar hingga sebagian besar area Honshu di Jepang, dimulai dari peperangan di Okehazama, hingga akhirnya pada tahun 1561 Oda melakukan perjanjian aliansi dengan Matsudaira Motoyasu (yang nantinya akan menjadi Tokugawa Ieyasu), dan Nobunaga juga melakukan hubungan aliansi dengan Takeda Shingen lewat hubungan pernikahan antara anak perempuannya dengan anak laki-laki Shingen. Invasinya ini berlanjut dari Niigata hinga Hakataka di bagian selatan.
Menuju penyerbuan Mino, yaitu kastil Inabayama, Oda Nobunaga memanfaatkan sebuah kondisi dimana pimpinan Saito Yoshitatsu meninggal secara mendadak karena sebuah penyakit, Nobunaga kemudian memindahkan markasnya ke Kastil Komaki dan memulai invasinya di Mino dan tercatat dalam sejarah Pertempuran Moribe pada tahun 1561, Nobunaga terus melemahkan klan Saito dari berbagai sudut hingga akhirnya melakukan serangan akhirnya pada 1567 dan berhasil merebut kastil Inabayama. Kemudian setelah berhasil mengambil alih kastil, Nobunaga mengubah nama kastil dan kota sekitarnya menjadi Gifu.
Setelah kesuksesannya di Mino, pada tahun 1568 Ashikaga Yoshiaki pergi menemui Nobunaga dan memintanya untuk memulai invasi menuju Kyoto. Yoshiaki adalah saudara laki-laki dari shōgun ke-13 Ashogaga yang terbunuh, Yoshiteru, dan ingin membalas dendam terhadap para pembunuh yang telah menyiapkan shōgun boneka untuk merebut kekuasaannya. Nobunaga setuju untuk membantu Yoshiaki sebagai shōgun baru. Pada 9 November 1568, Nobunaga berhasil memasuki Kyoto dan Yoshiaki dijadikan shōgun ke-15 dari keshogunan Ashikaga, keberhasilannya tersebut membuat Yoshiaki ingin memberikan jabatan, namun Nobunaga menolaknya.
Selama masa penyerangan dan invasi ini, Nobunaga memang selalu meraih kemenangan, tetapi selama pengepungan Nagashima, Nobunaga mengalami kerugian besar atas perlawanan dari kelompok pemberontak yang dinamai Ikko-Ikki. Namun akhirnya pengepungan tersebut berakhir setelah Nobunaga mengepung area musuh dan membakarnya, menyebabkan puluhan ribu jiwa meninggal, dan membawa Nobunaga berhasil mengambil benteng utama di Ishiyama Hongan-ji setelah 11 tahun masa penyerangan.
Penghianatan & Kematian Oda Nobunaga
Seperti yang dikisahkan sebelumnya, Nobunaga selalu memperlakukan para rekan atau pengikutnya dengan angkuh, dan ini nampaknya membuat salah satu pengikutnya yaitu Mitsuhide Akechi merencanakan siasat pemberontakan terhadap Oda dengan membakar kuil Honno-Ji, yang akhirnya menyebabkan Oda Nobunaga melakukan Seppuku (Bunuh Diri) untuk terhindar dari kematian tragisnya. Penyerangan yang dilakukan Mitsuhide dalam catatan sejarah terjadi pada tanggal 21 Juni 1582, kala itu Mitsuhide membawa satu unik pasukannya dan mengepung kuil Honno-Ji yang kala itu memang tengah dihuni oleh Oda Nobunaga, serta meminta pasukan lainnya menyerang Myokaku-Ji.
Oda Nobunaga yang waktu itu hanya membawa rombongan kecil menjadi kewalahan dan terpojok, namun motivasi dibalik penghianatan Mitsuhide sampai saat ini memang belum pernah terungkap secara lengkap, dan ini telah menjadi bahan perdebatan diantara para ahli sejarah sejak lama, tetapi banyak yang berspekulasi bila Mitsuhide telah mendengar rencana jahat yang direncanakan oleh Nobunaga terhadap dirinya dan kelompoknya.
0 Comments