Cerita Hantu Jepang – Jepang merupakan negara yang memiliki alam indah dan memiliki banyak sejarah didalamnya, cukup banyak memang daerah berhantu atau angker di Jepang yang terkenal didunia seperti misalnya hutan bunuh diri Aokigahara, namun sebenarnya masih banyak tempat di Jepang yang memiliki kisah misteri atau horror yang tidak terlalu terekspos publik, Artforia akan membagikan beberapa kisah tersebut yang kali ini akan menceritakan tentang kisah cinta yang berakhir tragis di Amagasaka å°¼ã‚±å‚ (Kita-ku, Nagoya) yang letaknya di dekat hiruk pikuk kawasan perbelanjaan utama Nagoya.
Simak Juga : Kisah Terowongan Berhantu Kiyotaki
Legendanya menurut catatan sejarah dimulai pada periode Edo/Tokugawa (1603-1868) seorang samurai jatuh cinta dengan seorang wanita biasa dari kalangan masyarkat jelata. Meski mereka telah memiliki anak, namun pernikahan mereka tidak diterima di mata masyarakat karena perbedaan mereka di kelas sosial. Pada jaman tersebut sebuah kasta memang berlaku, sang wanita bingung saat menyadari bahwa dirinya tidak akan pernah bisa bersama kekasihnya, akhirnya wanita tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri pada pohon cedar yang lokasinya di dekat jembatan pejalan kaki yang menghubungkan Kuil Katayama dan Taman Amagasaka. Anaknya yang cemas karena ibunya tak kunjung kembali akhirnya memutuskan untuk mencari namun dirinya malah menghilang dan tewas di dalam hutan yang dipercaya lokasi hutan tersebut didekat Kuil Katayama.
Meskipun kawasan ini baru saja berkembang menjadi pusat rekreasi seperti adanya kafe, taman, dan sekolah, namun dulunya tempat ini merupakan daerah pepohonan yang rindang penuh dengan misteri. Cerita rakyatpun bermunculan sejak lama bila pada malam hari seseorang dapat melihat sosok misterius yang tergantung di cabang-cabang pohon cedar bersejarah yang berada disekitar jembatan. Beberapa saksi bahkan mengaku mendengar suara anak-anak memanggil ibu mereka di malam hari, dan mata merah terlihat di antara jalinan pepohonan yang mengelilingi tempat suci tersebut.
Dikatakan bahwa daerah tersebut tetap ditumbuhi pohon-pohon lebat dan umumnya tidak tersentuh karena para masyarakat yang tidak ingin mengganggu adanya aktivitas spritual diantara pohon-pohon.
0 Comments