Review Film Jepang – Sebuah virus misterius tiba-tiba menyebar ke seluruh Jepang menyebabkan kepanikan meluas. Orang yang terinfeksi virus disebut ZQN. ZQN menyerang orang-orang dengan kekuatan super dan korbannya juga menjadi ZQN.
Simak Juga : The Backdancer バックダンサーズ!
Genre zombie apocalypse adalahsalah satu genre yang memiliki pasar tersendiri guna penikmat film horror. Suatu kesenangan tersendiri menginginkan di mana karakter protagonis mesti bertahan hidup di dunia yang sudah diisi mayat hidup beserta runtuhnya civilization tergolong hukum, norma, moral, dan hal-hal beda yang seluruh tenggelam dalam teror tiada henti guna bertahan hidup, membawa insan kembali ke sisi primitifnya: Bertahan hidup, atau mati dan menjadi mayat hidup.
Genre laksana telah dipakai di sejumlah setting serta plot yang pelbagai pada suatu film. Mungkin telah ada ratusan bahkan lebih film-film dengan tema laksana ini. Beberapa film tergolong jajaran yang outstanding dan bakal menjadi bahan pembicaraan dalam jangka masa-masa yang panjang. Namun, sejumlah tahun terakhir ini, tema laksana ini terlihat lesu dan bahkan tertutup (alias kalah bagus) dengan storytelling dalam medium lain laksana video game, komik, tv series, novel. Memang sulit untuk menyerahkan pengalaman zombie apocalypse yang bagus dalam medium yang melulu sekali duduk guna menikmatinya laksana film.
Namun terlepas dari semua tersebut kita dikejutkan oleh filmaker Asia yang berani mengangkat tema zombie apocalypse untuk diusung ke layar lebar, menilik tema laksana ini umumnya ber-setting di negara-negara barat. Belakangan ini anda disuguhi oleh Train to Busan, suatu film bertajuk zombie apocalypse dengan setting di negara Korea (yang mana filmnya menurut keterangan dari saya “it’s an ok zombie movie“) kemudian hadirlah negara Jepang, yang tidak inginkan kalah guna merambah genre ini dan menciptakan film berjudul: I Am a Hero.
Diangkat dari suatu judul Manga (komik) yang sama, film ini mengisahkan Hideo Suzuki, seorang asisten mangaka (pembuat manga di Jepang) yang dicerminkan sangat payah dalam kehidupannya: karir dunia manga yang stagnan, desakan dari pacarnya yang menuntut kesuksesan dari cita-cita Hideo sebagai mangaka, serta kehidupan yang paling monoton sehari-harinya. Hideo memanglah seorang yang paling biasa saja dalam kehidupan bermasyarakat, urusan ini membuatnya depresi dan kurang energik menjalani hidup.
Hingga pada sebuah hari ramai terdengar berita mengenai wabah penyakit yang dibuntuti oleh serangkaian perbuatan tidak normal penduduk jepang yang berdampak kerusuhan serta kepanikan masyarakat. Hideo yang di sebuah hari menyaksikan rekan-rekan mangakanya di kantor nampak tidak sehat, kemudian tiba-tiba pacarnya menghubungi dengan nada sakit yang teramat parah mendapati bahwa mereka seketika menjadi sosok terinfeksi yang bengis dan menyerang orang lain. Tidak lama sesudah itu, outbreakpun terjadi. Seluruh kota terlihat kacau oleh sosok-sosok terinfeksi dengan tatapan kosong dan rancauan tidak jelas yang berjuang menyerang orang beda yang masih sehat. Hideo memutuskan ini ialah dampak dari wabah penyakit yang terjadi, serta mempelajari infeksi itu menyebar lewat gigitan.
Berbekal suatu senapan berburu serta lisensi mempunyai senjata api di Jepang, Hideo bertekad untuk dapat selamat dari wabah ini, terlebih ketika tanpa sengaja dia bertemu dengan survivor seorang siswi SMA mempunyai nama Hiromi dan mempelajari apa yang sebetulnya terjadi tentang semua terinfeksi ini (yang mana dari suatu artikel, Hideo dan Hiromi mendapati semua terjangkit ini diberi nama “ZQN”) serta kesempatan untuk selamat dari virus dengan pergi ke lokasi yang lebih tinggi dan dingin dengan asa virus tidak dapat menyebar di sana. Maka dimulailah babak baru dari Hideo, seorang pecundang yang payah sekarang bertekad menjadi pahlawan dan bertahan hidup.
Begitulah tidak banyak kurang cerminan dari film I Am a Hero. Sangat klise dengan film-film zombie yang lain: virus mengherankan yang tiba-tiba menyebar tanpa diketahui sebabnya, protagonis yang bertahan hidup dari puing-puing civilization yang ada. Jadi apa yang menciptakan film ini menarik?
Yang kesatu, film ini bersetting di Jepang. Berbeda dari setting Amerika yang barangkali akan menyuguhkan aksi survival yang diisi senjata api. Jepang mempunyai hukum senjata api yang ketat, sampai-sampai berbekal bedil berburu saja, mungkin anda akan menjadi orang sangat hebat ketika wabah zombie melanda negaramu.
Kedua, film ini diadaptasi dari manga bertajuk zombie yang benar-benar bertolak belakang dari zombie pada umumnya. Dan urusan tersebut diaplikasikan dalam film. Para terinfeksi atau ZQN di sini tidak terlihat laksana mayat hidup yang bodoh. Mereka masih dapat merancau dan mengerjakan hal-hal yang mereka kerjakan selagi hidup. Bila kalian sempat menyimak komiknya, kalian akan menyaksikan para ZQN bertampang paling seram dan benar-benar fcked up alias kacau dikomparasikan lazimnya zombie digambarkan. ZQN terkadang tertawa sendiri, mengerjakan hal yang dilaksanakan semasa hidup laksana menelpon, menulis, membaca, tetapi menjadi brutal saat menjumpai insan yang belum terinfeksi. Para ZQN di komiknya benar-benar kelompok mimpi buruk, dan diaplikasikan secara sempurna di filmnya.
Dan yang terakhir, penggarapan film yang dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh seluruh pihak yang ikut menciptakan film ini paling patut diapresiasi. Bila film zombie modern banyak sekali menggunakan CGI yang berlebihan. Di sini masing-masing zombie memakai model insan serta make up yang SANGAT bagus untuk membuat sosok angker dan kacau. Bayangkan saja ZQN dengan bentuk-bentuk mengherankan yang seram laksana muka tepos terpukul oleh benda tumpul di unsur kepalanya, muka bengkak dengan mata melotot. Semua digarap dengan tangan tanpa tidak sedikit menggunakan efek CGI. Hasilnya? Sangat seram.
Saya sejumlah kali mengumpat dalam hati saat menjumpai sosok ZQN yang sangat aneh dan paling tidak enak dipandang. Semua berkat jerih payah make-up artist yang patut diacungi jempol. Tidak melulu itu, pemungutan gambar yang paling memanjakan mata. Scene ketika outbreak terjadi ataupun scene ZQN yang menyerang secara keroyokan melibatkan tidak sedikit pemain figuran pun dieksekusi dengan paling baik. Efek-efek yang dipakai seperti darah, mobil yang bertubrukan, tembakan senjata, serta situasi setting tempat yang berantakan serta menyerahkan efek seram. Alur kisah yang bagus disertai tidak sedikit kritikan-kritikan sosial yang mengelitik di dalamnya. Film ini diciptakan sepenuh hati, saya benar-benar suka.
Simak Juga : Live Action Hollywood Dari Anime My Hero Academia, Akankah Baik Atau Buruk ?
Akhir kata, bikin kalian yang hendak menonton film zobie yang berbeda, kalian wajib menyaksikan film ini. Entah kalian sebelumnya menyimak komiknya ataupun tidak, saya dapat jamin kalian tidak bakal kecewa dengan film adaptasi ini. Jangan lupa, film ini lumayan dipenuhi dengan adegan-adegan gore serta pemandangan yang lumayan tidak enak di mata. Jadi bikin yang tidak powerful gore, usahakan pikir-pikir dulu sebelum menonton. It’s not just an ordinary zombie flick.
Movie: I Am a Hero
Romaji: Aiamuahiro
Japanese: アイアムアヒーロー
Director: Shinsuke Sato
Writer: Kengo Hanazawa (manga), Akiko Nogi
Producer: Minami Ichikawa
Cinematographer: Taro Kawazu
Release Date: April 23, 2016
Runtime: 126 min.
Genre: Zombie / Based on a Comic
Distributor: Toho
Language: Japanese
Country: Japan
Cast :
Yo Oizumi…Hideo Suzuki
Kasumi Arimura…Hiromi Hayakari
Masami Nagasawa…Nurse Yabu
Hisashi Yoshizawa… Iura
Yoshinori Okada…Sango
Nana Katase…Tekko
Jin Katagiri…Korori Nakada
Makita Sports…Matsuo
Muga Tsukaji…Mitani
Yu Tokui…Abe-san
Toru Kazama…Chikura
0 Comments