Seni Budaya Jepang – Hina Nagashi atau juga disebut Hinamatsuri dalam bahasa inggrisnya Doll Floating, adalah upacara yang semakin langka di Jepang dimana acaranya adalah mengapungkan boneka tradisional Jepang ke laut atau menyusuri sungai. Secara historis diyakini bahwa nasib buruk bisa ditransfer dari anak-anak ke dalam boneka dan dibuang ke laut. Hina Nagashi saat ini masih sering tampil dan dilakukan pada Girl’s Day di Jepang terutama pada beberapa kuil termasuk Kuil Awashima di Wakayama.
Simak Juga : Shichigosan Acara Penting Bagi Anak-Anak Jepang
Satu set boneka terdiri dari boneka kaisar, permaisuri, puteri istana (dayang-dayang), dan pemusik istana yang menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Pakaian yang dikenakan boneka adalah kimono gaya zaman Heian. Perayaan ini sering disebut Festival Boneka atau Festival Anak Perempuan karena berawal permainan boneka di kalangan putri bangsawan yang disebut hiina asobi (bermain boneka puteri). Walaupun disebut matsuri, perayaan ini lebih merupakan acara keluarga di rumah, dan hanya dirayakan keluarga yang memiliki anak perempuan. Sebelum hari perayaan tiba, anak-anak membantu orang tua mengeluarkan boneka dari kotak penyimpanan untuk dipajang. Sehari sesudah Hinamatsuri, boneka harus segera disimpan karena dipercaya sudah menyerap roh-roh jahat dan nasib sial.
Festival ini melibatkan sebuah perahu kayu kecil yang disi oleh beberapa boneka tradisional Jepang dan meluncurkannya ke laut dalam sebuah ritual khusus. Boneka itu disumbangkan oleh keluarga yang memiliki anak perempuan. Dalam arti lain festival ini seperti membuang sial atau menjauhkan hal-hal buruk yang akan terjadi kepada anak perempuan mereka. Ritual ini telah dilakukan sejak lama dan kini telah meluas di Jepang, dan ketika jaman dulu lebih sering dilakukan di sungai. Di zaman modern, lebih umum bagi keluarga untuk menampilkan boneka tradisi di Girls Day dan kemudian menyimpannya sebelum hari selesai. Boneka tradisional bisa mahal dan menghanyutkannya di sungai cukup sangat disayangkan bagi sebagian orang dan dapat dikatakan seperti dalam prinsip masyarakat Jepang yaitu Mottainai (ã‚‚ã£ãŸã„ãªã„).
Kuil Awashima adalah salah satu tempat dimana festival ini masih dilakukan. Ketika para pengunjung dan penonton selesai dan pergi maka perahu akan diambil dan boneka-boneka itu dibakar. Hinamatsuri telah dikenal sejak periode Heian yang disebut hina-nagashi (é›› æµ ã—), dalam acara ini juga terdapat makanan spesial yang dihidangkan untuk para anak perempuan mereka yaitu shirozake sebuah sake ringan yang dibuat dari beras fermentasi. Sebuah hina arare yang berwarna-warni, keripik berukuran kecil yang dibumbui dengan gula atau kecap tergantung pada daerahnya, dan kue beras hishimochi. Chirashizushi (sejenis sushi). sup bening dari kaldu ikan tai atau kerang (hamaguri), terdapat juga minuman lain yang disajikan yaitu adalah sake manis (amazake) yang dibuat dari ampas sake (sakekasu) yang diencerkan dengan air dan dimasak di atas api.
One Comment