Seni Budaya Jepang – Danau besar Suwa yang berada di pegunungan Kiso, Prefektur Nagano merupakan sebuah danau yang menyimpan banyak kenangan sejarah, penampakan danau Suwa pada hari ini memang masih sama seperti dahulu, namun beberapa ciri khas telah hilang dari danau ini. Perkembangan jaman memang tidak bisa dihindari, terutama perkembangan teknologi dan generasi masyarakat, mungkin jika dahulu banyak orang yang melihat seorang pendeta sedang membersihkan daun-daun yang berjatuhan di kuil sekitar danau tersebut dengan sebuah sapu, namun kini para pendeta telah menggunakan sebuah alat pembersih modern untuk melakukan hal tersebut lebih mudah.
Telah hampir selama 600 tahun, para pendeta dari kuil Yatsurugi di Prefektur Nagano ini selalu mengamati lapisan es yang menyelimuti danau ketika musim dingin tiba, perubahan jaman telah mengubah semuanya termasuk dengan iklim atau cuaca yang juga mengubah kondisi dan suasana danau ini. Danau ini menyimpan sebuah fenomena unik yang terkenal dikalangan masyarakat lokal yaitu “Omiwatari” atau artinya adalah penyeberangan dewa. Agar Omiwatari dapat terbentuk, danau harus membeku sepenuhnya dan suhu udara harus tetap di bawah minus 10 derajat Celcius selama beberapa hari berturut-turut.
Simak Juga : Fakta Mengenai Jejak Dinosaurus Yang Pernah Tinggal Di Dataran Jepang
Kemudian ketika suhu memanas, akan terdengar suara seperti drum dari kejauhan yang menandakan lembaran-lembaran es raksasa retak dan menindih satu sama lain dan menciptakan barisan jalur es di danau tersebut. Pada mulanya, penduduk desa takut dengan suara menderu dari es tersebut yang menyangkanya adalah sosok mahkluk naga yang hidup di kedalaman danau tersebut. Masyarakat Jepang pada jaman dahulu memang sangat kental dengan unsur keagamaan dan mitos cerita rakyat. Namun karena suhu global bumi yang terus meningkat pada beberapa tahun terakhir ini, menyebabkan Danau Suwa jarang membuka secara total, bahkan pada bulan-bulan dengan suhu terendah di tahun ini. Es yang dulunya sangat tebal dan bahkan bisa dilewati oleh tank-tank militer kini hanyalah lapisan es tipis yang bahkan orang-orang tidak berani untuk menginjaknya secara langsung dan ini juga menyebabkan Omiwatari tidak muncul.
Pada jaman dahulu, danau ini merupakan salah satu daya tarik utama dari kota, namun perlahan-lahan menghilang dan tidak lagi menjadi daya tarik utama setelah kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar yang berubah dan banyak yang bermigrasi ke kota besar seperti Tokyo, pada abad ke-17 kala itu hanya ada satu tahun tanpa penampakan Omiwatari, namun dimulai pada akhir Perang Dunia ke-2 hingga sekarang Omiwatari menjadi semakin langka terjadi.
Danau ini menyimpan banyak kenangan terutama para penduduk sekitar yang lanjut usia, mereka begitu merasakan perbedaan yang terjadi terhadap danau ini. Dulunya banyak masyarakat sekitar yang melakukan aktivitas menangkap ikan diatas lapisan es danau Suwa, aktivitas angkatan militer, dan beberapa aktivitas lainnya yang berkaitan dengan danau. Danau ini juga mulai kekurangan daya pasok perikanan yang dulunya menjadi salah satu sumber ikan air tawar terbesar di Prefektur Nagano, seorang nelayan lokal bernama Kanji Fujimori telah bertahun-tahun mengatakan jika kandungan oksigen di danau ini mulai menipis dan inin mempengaruhi ekosistem ikan yang ada di dalamnya, namun komentarnya tersebut tidak pernah dianggap serius oleh pemerintah setempat.
Dengan jarangnya danau membeku hal ini juga membuat burung-burung pemakan ikan dapat berburu selama musim dingin di danau ini, membuat jumlah ikan semakin berkurang untuk para nelayan, karena burung-burung juga salah satu hewan yang dilindungi di Suwa, para nelayanan hanya pasrah dan prustasi untuk mengusir para burung-burung tersebut dengan perahu mereka atau menggunakan klakson udara. Cukup banyak para penduduk lokal terutama lansia yang merasa kecewa dengan kondisi danau Suwa saat ini, meskipun tidak menampilkan perbedaan yang besar bila dilihat secara sekilas oleh para wisatawan yang datang.
Source : Japan Today
0 Comments