Seni Budaya Jepang – Setiap bangsa memiliki sistem budayanya sendiri, tak terkecuali Jepang. Jepang termasuk negara yang masyarakatnya sangat bangga terhadap budayanya. Geisha ialah salah satu bentuk budaya bangsa Jepang yang sangat dibanggakan. Geisha bukan hanya terkenal di seantero Jepang, namun termasuk juga di Indonesia.
Baca Juga : Tradisi Unik Dalam Festival Tori No Ichi
Bahkan ada salah satu grup musik Indonesia yang menamai grupnya dengan “Geisha”. Lantas, tahukah bagaimana caranya menjadi seorang geisha? Tentu ada beberapa hal rigid yang harus diperhatikan bila seseorang ingin menjadi seorang geisha. Diantaranya sebagai berikut.
Untuk menjadi seorang geisha, seseorang harus diterima dalam sebuah okiya atau rumah geisha. Wanita pemilik okiya disebut okami atau okasan, yang bisa diterjemahkan sebagai “ibu”. Okiya akan membayar seluruh biaya pelatihan untuk menjadi geisha. Okiya dan okami ini berperan penting dalam kehidupan seorang geisha karena seorang geisha bisa jadi akan tinggal seumur hidup dalam sebuah okiya (yang berfungsi sebagai rumah pondokan bagi geisha) dan okami-lah yang akan mengatur karir seorang geisha.
Sebagai imbalannya, seorang geisha kelak harus memberikan beberapa persen dari pendapatannya untuk menjaga kelangsungan hidup sebuah okiya yang akan digunakan untuk membiayai semua orang yang menggantungkan diri di okiya tersebut, mulai dari para trainee, geisha yang telah pensiun, dan para pelayan. Geisha belajar di sebuah tempat yang disebut kaburenjo. Disinilah geisha akan mempelajari seni tradisional Jepang, termasuk cara memainkan berbagai alat musik tradisional seperti shamisen, koto, dan shimedaiko.
Geisha juga akan belajar seni merangkai bunga, menari tarian tradisional, menyanyi, kaligrafi, yang seluruhnya kelak akan dia praktekkan untuk menghibur tamu. Seorang geisha dapat menjadi ahli dalam 1-2 bidang saja (seperti menari atau menyanyi), tapi seorang geisha yang sukses adalah mereka yang menguasai seluruh jenis seni tradisional.
Lamanya pelatihan yang dibutuhkan rata-rata adalah 6 tahun, namun geisha tak hanya akan belajar seni tradisional saja. Seorang geisha harus belajar cara membawakan dirinya dengan anggun dan elegan, dan seiring berjalannya waktu, dia akan belajar mengetahui tamu mana yang harus disambut lebih dulu, seberapa rendah dia harus membungkukkan badan, dan lain-lain.
Seluruh aspek tersebut dipelajari saat seorang geisha masih menjadi maiko, alias geisha magang. Lalu kapan waktunya seorang trainee berubah menjadi maiko? Lompatan ke tahap maiko baru bisa dimulai setelah seorang trainee menemukan onesan (atau kakak perempuan), seorang geisha full-time yang nantinya akan bertindak sebagai mentor.
Saat seorang trainee resmi memiliki onesan, dilakukanlah upacara san san kudo untuk mengikat mereka berdua. Trainee lalu akan mengubah namanya (biasanya diambil dari unsur nama onesan), dan saat itulah dia resmi menjadi maiko. Apa peran dari onesan? Onesan inilah yang akan mengajari maiko berbagai hal yang tidak bisa di dapat dari kaburenjo. Onesan akan mengajak maiko untuk hadir di berbagai pesta dan maiko akan duduk diam untuk mempelajari cara berinteraksi dengan tamu.
Onesan juga akan mengajari cara terbaik untuk menghibur tamu dan menyenangkan semua orang, memperkenalkan ke komunitas geisha, dan lain-lain. Proses ini bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun. Setelah seorang maiko dirasa memiliki hubungan yang cukup baik dengan para pelanggan dan juga okiya-nya, maiko akan melakukan sebuah upacara eriage yang dapat diartikan sebagai mengganti kerah. Setelah upacara eriage, maiko akan mengganti kerah kimono-nya yang berwarna merah bermotif menjadi warna putih, yang menandai debutnya menjadi seorang geisha.
0 Comments