Berita Lifestyle Jepang – Sayuran dipotong, daging ayam bersihan dan telur dikocok menjadi sebuah omelet, namun mereka bukanlah seorang koki melainkan para ilmuan yang sedang menguji produk dari area prefektur Fukushima, kita mengetahui bila Jepang memang memiliki teknologi yang menggunakan nuklir sebagai bahan bakarnya dan itu terdapat di prefektur Fukushima yang terletak di wilayah Tohoku, akibat banyaknya bencana yang telah terjadi seperti misalnya gempa besar pada tanggal Maret 2011 dan juga Tsunami yang menghancurkan berbagai fasilitas kota membuat reaktor nuklir yang berada di Fukushima dinyatakan mengalami kebocoran. Sejak saat itu banyak warga sekitar yang merasa cemas adanya bahaya radioaktif di wilayah tersebut.
Meski pengujian ketat telah dilakukan yang menunjukan tidak adanya ancaman radioaktif dari produk Fukushima yang dinyatakan langsung oleh para pejabat dan para ahli namun tidak memberikan kepercayaan yang besar kepada para konsumen lokal yang sebagian besar masih curiga dengan produk-produk dari Fukushima, sejak berakhirnya bencana gempa besar yang melanda Fukushima tersebut dari 205.000 makanan telah diuji di Pusat Teknologi Pertanian Fukushima hingga saat ini dan hasilnya tidak positif terkena radioaktif.
Simak Juga : Jepang Membutuhkan Lebih Banyak Informasi Bahasa Inggris Pada Layanan Publik
Pada tahun 2017 lalu, pusat penelitian tersebut mengatakan bila tidak ada hasil budidaya atau perternakan di prefektur Fukushima yang melampaui batas pemerintah, secara keseluruhan, hanya terdapat sembilan sampel dari puluhan ribu produk yang telah di uji coba telah melampaui batas, delapan adalah produk ikan yang diternak dan satu sampel dari jamur liar. Setiap hari penelitian dan pengetesan terus dilakukan untuk menjaga produk-produk tetap steril dan tidak terkontaminasi, namun kerusakaan reputasi prefektur Fukushima memang masih sulit untuk dipulihkan hingga saat ini.
Namun usaha pembuktian ini memang membuahkan hasil baik terhadap prefektur Fukushima, meskipun sulit tetapi pada tingkat internasional ada beberapa kemajuan yaitu terlihat 27 negara dari 54 negara yang dulunya melarang adanya produk-produk impor dari Fukushima setelah bencana gempa, sekarang ke-27 negara tersebut telah mencopot larangan tersebut.
Masalah terbesar memang datang dari dalam negeri dimana survei menunjukan bila sebagian besar konsumen Jepang masih menghindari produk-produk dari Fukushima, dan para ahli mengatakan pendekatan berbasis sains dari pemerintah untuk para masyarakat telah dilakukan untuk meyakinkan orang-orang. “Tidak ada yang percaya, bila hanya dengan berteriak aman,” pernyataan dari Katsumi Shozugawa, seorang profesor Universitas Tokyo menanggapi polemik yang dialami oleh prefektur Fukushima saat ini.
Source : Japan Today
One Comment